Cardiogenic Shock

Cardiogenic shock is decreased cardiac output state and occurrence of tissue hypoxia as a result of inadequate intravascular volume contractility disturbances caused by hemodynamic criteria continuous hypotension with systolic blood pressure less than 90 mm Hg, cardiac index decreased less than 2.2 liters per minute and increased pulmonary wedge pressure ( PCWP) over 15 mmHg, and most of the events due to acute myocardial infarction (Hollenberg, 2004)

Etiology
1. Impaired myocardial function: an extensive acute myocardial infarction (> 40%), right ventricular infarction, arteriosklerotik heart disease, cardiomyopathy.
2. Mechanical: Mitral regurgitation, aortic regurgitation, septal rupture interventrikuler, anurisma massif ventricle, atrium stenosis, mitral stenosis, left atrial thrombus, pericarditis or pleural pericardium.
3. Arrhythmia: bradiaritmia, takhiaritmia

Sign And Symtomps
1. Changes in mental status (decreased perfusion cerebri): confusion, disorientation, anxiety and restlessness.
2. Pale, cool, moist (vasoconstriction and hypoperfusion)
3. Tachycardi / bradicardy.
4. Jugular venous distension.
5. Oliguria, urine production of less than 20 ml / hour.
6. Takhypnea, dyspnea
7. Fatique
8. Pulmonary edema

Pathophysiology
Decreased left ventricular function resulting in decreased ability of the left ventricle to pump blood, causing a decrease in stroke volume and cardiac output and blood pressure. Decrease in cardiac output resulting in decreased perfusion to the peripheral terjdinya and reduced supply of O2 to the tissues resulting in vital organ dysfunction such as brain, kidney and heart problems that occur in mental status, decreased urine production, and other cardiac arrhythmias.
The decrease in stroke volume will increase the end left ventricular diastolic pressure (LVEDP) and result in increased pressure in the left atrium and pulmonary veins. These conditions increase the hydrostatic pressure in the pulmonary veins, causing the occurrence of pulmonary edema which would interfere with gas exchange and tissue hypoxia.

Asuhan Keperawatan Menarik Diri

Isolasi sosial adalah rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih suka menyendiri. Sedangkan menarik diri adalah menunjukkan tingkah laku dan sikap dari “isolasi” sebagai pembelaan psikologik (WF Maramis, 2003).
Penarikan diri (withdrawal) adalah suatu tindakan pelepasan diri baik dari perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Penarikan diri sebagai pola tingkah laku (Direktorat Kesehatan jiwa, 1983).
Caplan dkk (2001) mengemukakan individu yang menarik diri dari lingkungan umumnya mempunyai gangguan konsep diri dan proses pikir.

Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,2003 ).


Pada mulanya pasien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya pasien berasal dari lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kecemasan, dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain terutama dengan tokoh ibu. Dalam situasi lingkungan yang demikian, seorang anak tidak mungkin mempunyai penghayatan diri (self image) rasa percaya diri, menentukan identitas diri, mengembangkan kepercayaan dalam berhubungan dengan orang lain dan mempelajari cara berhubungan dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1983).
Tanda – tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek :
a. Aspek fisik :

  • Makan dan minum kurang
  • Tidur kurang atau terganggu
  • Penampilan diri kurang
  • Keberanian kurang

b. Aspek emosi :
  • Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
  • Merasa malu, bersalah
  • Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
  • Duduk menyendiri
  • Selalu tunduk
  • Tampak melamun
  • Tidak peduli lingkungan
  • Menghindar dari orang lain
  • Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
  • Putus asa
  • Merasa sendiri, tidak ada sokongan
  • Kurang percaya diri


Diagnosa Keperawatan :
  1. Resiko tinggi kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
  2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan kurangnya stimulus lingkungan.
  3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan konsep diri..
  4. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
  5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan persepsi atau kognitif.